Cinta Pertama yang Tak Terlupa
“Assalamu’alaykum,...” terdengar suara merdu dari balik pintu
kelas. Semua siswa melihat ke arah pintu, terpana melihat sesosok gadis cantik,
manis dan imut. Gadis itu bernama Fithri, dia adalah siswa kelas X yang disukai
oleh banyak orang. Salah satu orang yang mengaguminya adalah aku, namaku Qay
anak kelas X dan kebetulan sekelas dengan Fithri. Perlahan Fithri memasuki
kelas, suasana kelas sangat sepi karena seluruh siswa terpesona melihatnya. Dia
adalah gadis yang kuidam-idamkan, tidak hanya cantik namun aku tahu benar dia.
Sifatnya penyanyang, pengertian, sopan, santun dan rajin beribadah. Sungguh
sosok gadis yang sempurna di mataku.
Tiba-tiba
tatapan matanya mengarah kepadaku, seketika tubuhku membeku diam seribu bahasa.
Matanya yang indah, seolah-olah bersinar terang menyinari hatiku. Jantungku
berdetak tak menentu dag.. dig.. dug kian melaju cepat. Kucoba paksakan tubuh
ini untuk membalas tatapan matanya, oh betapa bahagianya untuk kesekian kalinya
aku melihatnya tersenyum kepadaku. “Ya Allah , apa ini? Apa ini yang dinamakan
CINTA?” tanyaku dalam hati.
Dan
tak kusangka dia menghampiriku, dan betapa kagetnya aku saat tersadar dia duduk
disampingku. “Mimpi apa aku semalan bisa duduk disamping gadis yang
kuimpikan!”, gerutuku. Waktu terus berjalan, dan belum ada satu katapun yang
terlontar dari bibirku untuk memecah kecanggungan diantara kita berdua. Sampai
bel pulang akhirnya dengan sedikit malu-malu aku mencoba mengajaknya mengobrol.
Walau dengan banyak salah tingkah namun hal itu tak membuat percakapan kami menjadi
garing bahkan kami banyak bercanda dan memecah kesenyapan kelas dengan bahak
tawa kita berdua.
Sesampainya
dirumah aku teringat bahwa besuk dalah ulang tahunnya, langsung kuganti
pakaianku ku ambil kunci motorku dan bergegas mencari sebuah kado sederhana
tetapi berharga dan dia sukai. Dan kutemukanlah sebuah novel yang sangat di
sukainya yang berjudul Jingga dan Senja. Perjuangan sangat terasa untuk mencari
novel ini karena di toko tersebut novel tersebut tidak di letakkan pada rak
nivel tetapi di rak cerita remaja. Padahal dari awal aku mecari di rak novel
sampai 3 rak ku kelilingi. Setelah menemukan kado itu ku kembali ke rumah, ku
bungkus sendiri kado itu dengan penuh rasa senang dan harapan semoga dia
menyukai kadoku dan tidak melupakan aku.
Keesokan
harinya kuberangkat sekolah, hati ini tidak sabar untuk memberikan kado ini
untuknya. Namun mau gimana lagi, sesampainya di sekolah aku bergegas memasuki
kelas aku tunggu sampai bel masuk sekolah berbunyi tapi dia belum datang juga.
Aku khawatir jika ada suatu hala yang tidak diinginkan terjadi. Ku ikuti semua
mata pelajaran hari itu dengan tidak tenang, jiwaku di kelas namun hatiku tak
tau dimana. Dan akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, segerahlah ku lari ke
luar kelas langsung tancap gas menuju rumahnya.
Sesampainya
dirumahnya, terlihat suasana sangat sepi. Rumah yang rindang bercat putih
dengan kolam ikan di depan rumahnya membuat sejuk suasana namun tidak suasana
hatiku. Ku ketuk pintu rumahnya yang besar dan berwarna coklat itu,
berkali-kali namun tak ada jawaban jua. Terdengar suara dari arah belakang,
sesosok pria paruh baya dengan pakaian putih dan berpeci memanggilku. Dia
bertanya padaku mencari siapa, kuceritakanlah aku mecari Fithri dan pria itu
berkata kepadaku bahwa Fithri sedang sakit. Semalaman tubuhnya panas dan
langsung di ralikan ke rumah sakit dekat tempat tinggalnya. Setelah medengar
keterangan dari pria itu langsung aku pamit kepadanya dan pergi ke rumah sakit
tersebut. Dengan perasaan cemas dan risau ku coba tenangkan hati ini, ku
kuatkan hati ini untuk selalu berpikir positif.
Setibaku
di rumah sakit, tempat yang kutuju pertama kali adalah administrasi untuk
mengetahui nomor kamar yang dia temati. Stelah kuketahui ruangannya ku
langkahkan kaki ini untuk menuntun hati ini menyusuri lorong demi lorong rumah
sakit yang suasananya sedikit horor itu. Setelah beberapa menit mengelilingi
lorong kutemukan juga ruangannya yaitu ruangan mawar melati nomor 1712. Kubuka
perlahan pintu kamar itu, sedikit demi sedikit mulai terlihat suasana di dalam
kamar ada seorang gadis terbaring lemas di atas kasur putih yang bersih. Tak
tega melihatnya tak berdaya, kenapa harus dia yang sakit bukan aku saja.
Aku
mulai memasuki kamar itu, dan dia terbangun melihatku mulai terlihat wajahnya
yang tetap cantik walau sedikit pucat. Kududuk di sampingnya ku ucapkan kata
demi kata untuk menghiburnya, dan sampai saatnya aku mengucapkan selamat ulang
tahun padanya serambi memberikan kado yang sudah kupersiapkan untuknya.
Wajahnya mulai berubah, yang awalnya sedikit sedih dan murung sekarang mulai
dihiasi oleh senyuman manis dan tetesan air mata bahagia. Kuusap perlahan air
mata yang terlinang di pipinya, kuucapkan janji padanya janji suci yang harus
selalu di tepati. “Aku selalu ada untukmu kapanpun, disaat suka maupun duka ...”
janjiku padanya.
Dari
peristiwa tersebut aku bisa lebih dekat dengannya lebih banyak menghabiskan
waktu besamanya. Kunikmati hari-hari seru , yang tak penah kulupakan. Dan
inilah cinta pertama seorang remaja yang labil dan sedikit aneh. Namun justru
inilah yang membuat masa-masa remaja kita menjadi indah dan selalu terkenang
selamanya , seumur hayat kita.
No comments:
Post a Comment