GURU
Guru,
.. profi ini pasti tidak asing lagi ditelinga kita. Dulu guru dkenal dengan
pahlawan tanpa tanda jasa, namun seiring dengan berjalannya waktu sekarang guru
dijuluki dengan pembangun insan cendekia. Seperti dimana terdengar pada lirik
lagu hymne guru yang telah diperbarui.
Guru
sangat melekat dengan “PNS”, kebanyakan orang mengangap menjadi seorang PNS itu
mudah. Sebenarnya PNS itu tidak mudah, untuk menjadi seorang PNS kita perlu
melalui berbagai perjuangan. Coba kita lihat dari sepenggal kisah tentang
perjuangan Ibu Kartinah dari awal karirnya hingga sekarang yang kurang lebih
sudah berkecimpung dalam dunia pendidikan 30 tahun lamanya.
Pada
awalnya beliau mulai menekuni profesi ini sejak tahun 1982 menjadi salah satu
guru TK. Pada saat itu benar-benar terlihat benar bahwa guru tanpa tanda saja,
guru-guru honor sewaktu itu hanya di gaji dengan beras yang beratnya kurang
lebih 5 kg. Setelah beberapa lama menggeluti profesi di Jogja beliau pindah ke
Jakarta karena mengikuti kakaknya. Namun tidak terhenti di situ, setelah pindah
ke Jakarta beliau tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai guru TK. Disana beliau
mengajar di salah satu TK yang cukup elit yaitu di daerah komplek wartawan.
Disini sudah mulai ada gaji namun bukan berupa beras seperti di Jogja melainkan
berupa uang yang berjumlah Rp. 20.000,00. Sungguh jumlah yang cukup sedikit
namun ditahun segitu bahan-bahan pangan juga masih murah dan tidak seperti
sekarang ini.
Kemudian
pada tahun 1994, ada ujian CPNS yang diselenggarakan di Jakarta. Tanpa berpikir
panjang beliau mengikuti ujian tersebut. Tiap-tiap tes telah beliau lalui, pada
saat itu tes tidak tertulis seperti saat ini tetapi tes lisan dan itu justru
lebih bisa meyakinkan sebenarnya dari pada tes tertulis. Hari demi hari telah
dilalui dan akhirnya pengumuman hasilnya keluar. Dan langsungl beliau melihat
hasilnya, dan ternyata beliau bisa lulus dan ditetapkan sebagai PNS dan
ditempatkan pada TK yang sama. Saat itu seorang PNS masih digaji Rp 17.000,00
namun tambahan dari yayasan tetap ada.
Beberapa
tahun kemudian ada yang mendirikan sebuah TK di sekitar komplek wartawan dan
jarak dari TK beliau sangatlah dekat. TK itu bernama TK Ibu Kasur dan pada
tahun ajaran berikutnya TK beliau mengalami kekurangan murid katrena banyak
yang tertarik dan bersekolah di TK baru tadi. Berhubung di TK beliau ada 5 guru
negeri naja 2 orang di kantorkan dan tidak mengajar termasuk beliau karena
jumlah guru tidak sesuai dengan jumlah murid yang hanya sedikit. Dan setengah
tahun kemudian beliau dipindah tugaskan mengajar di salah satu TK di daerah Jakarta
Barat. Beliau memulai mengajar kembali dan tidak mengantor lagi.
Setelah
itu pada tahun 1991 beliau mutasi ke Jogja dan kembali mengajar disana. Beliau
mengajar di TK Al-Huda yang berada di dusun Mandungan. Berbeda dengan TK di
Jakarta tadi, disini jumlah gaji hanya dari pemerinta karena yayasan tidak
menambahi uang untuk guru negeri. Karen tunjangan untuk guru honorer saja agar
tidak iri satu sama lain. Beliau sanagt lama mengajar di TK tersebut,
bertahun-tahun. Lalu pada tahun 2001 beliau memutuskan untuk melanjutkan ke
perndidikan di jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah. Beliau kuliah di salah
satu perguruan tinggi di Jogja, yaitu IKIP PGRI dan mengambil jurusan BK. Namun
beliau tidak meninggalakn profesinya
sebagai guru, namun kuliah sambil kerja padahal beliau pada tahun itu juga
telah memiliki keluarga dan anak keduanya masih kecil. Beliau harus merelakan
banyak waktu untuk TK dan kuliahnya dibanding bermain dengan anak-anaknya.
Setelah kira-kira empat tahun menjalani masa-masa kuliah akhirnya beliau dapat
menyelesaikan kuliahnya dan lulus pada tahun 2005.
Dan
pada saatnya beliau tentram mengajar di TK Al-Huda dan memperjuangkannya karena
pada saat gempa sekolah itu belum memiliki gedung sendiri dan gedung yang
ditempati hancur luluh lantak oleh gempa. Beliau mencari bantuan kesan kemari
hanya demi TK tersebut, bahakan walau hujan datang beliau tetap gigih
memperjuangkannya. Sampai akhirnya beliau mendapatkan tanah wakaf untuk Tknya
dan berhasil membangun TK yang kokoh dan lebih layak. Namun cobaan datang, ada
salah seorang yang kurang senang dengan beliau dan mencoba menjatuhkannya.
Ornag itu membuat fitnah-fitnah yang kurang masuk akal kepada kepala yayasan.
Sampai-sampai beliau sakit hanya karna meimikirkan hal itu.
Akhirnya
karena beliau sudah tidak kuat bertahan di TK yang dengan susah payah beliau
bangun dari nol sampai sekarang. Beliau memutuskan untuk mutasi ke TK Pertiwi
58 Kwasen , disana beliau justru lebih nyaman karena teman-teman guru disana
ramah dan baik-baik. Dan tidak ada masalah yang terlalu serius namun setiap
orang pasti ada masalah. Dan beliau masih mengajar di TK Pertiwi 58 Kwasen
sampai sekarang. Dan beliau berharap agar diberi kelancaran dalam mengajar dan
diberi kesehatan pula agar bisa membangun anak-anak bangsa yang lebih baik.
Inilah
sepenggal kisah dari perjuanagan seorang guru untuk tetap menjalankan
kewajibannya membangun anak bangsa yang mulia akhlaq dan moralnya. Kita dapat
memtik banyak pelajaran dari berbagai pengalaman beliau. Saat ini beliau telah
meiliki banyak piagam baik penghargaan maupun atas partisipasinya mengikuti
segala kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan. Kegigihannya serta kerja
kerasnya perlu sebagai inspirasi untuk kita semua gar tidak mudah putus asa
karena masalah-maslah yang sebenarnya bisa kita atasi. Semoga perjuangan beliau
tidak terhenti dan akan terus berlanjut selamanya dan banyak penerus-penerusnya
yang akan menghisupakan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
No comments:
Post a Comment