APRESIASI FILM
Judul Film : Ratapan Anak Tiri
Penokohan :
·
Pak Yuono(bapak) : kasih sayangnya besar
terhadap anaknya, penyayang pada keluarganya,dengan istri-istrinya,namun
terdapat sebuah adegan dimana Pak Yuono terlihat ceroboh(ketika dimintai tanda tangan
oleh rekan kerjanya).
·
Istri Pertama : penyayang terhadap anak-anaknya.
·
Ningsih(Istri kedua) : sebenarnya dia juga penyayang
terhadap anak, namun mudah ter hasud,menjadikannya tokoh yang jahat terhadap
anak angkatnya.
·
Neti(anak pertama) : anak yang berbakti kepada
orang tua, pribadi yang cerdas, juga sayang kepada adiknya.
·
Susi(anak kedua) : anak yang lucu, dia penurut
terhadap orang tuanya.
·
Harun : rekan kerja yang berperan sebagai
penghasud, licik, dan bermuka dua.
Latar :
·
Tempat : Halaman rumah, Rumah, Kamar,Ruang
makan, Dapur, Garasi, Kantor, Jalan, Warung, Kantor polisi.
·
Waktu : Pagi, siang, malam.
·
Suasana : menyenangkan, menyedihkan,
menegangkan, menyakitkan, mengharukan
Alur :
Perkenalan : dipaparkan sebuah keluarga yang terdiri dari
Bapak, Ibu, dan dua orang anak yang terlihat asik bermain. Namun kebahagian
mulai susut, dimulai dari sang ibu meninggal akibat melanggar saran dokter
untuk melahirkan anak ke tiganya.
Konflik memuncak : setelah ibu meninggal, posisinya
digantikan dengan rekan satu kantor dari sang bapak. Ternyata orang tersebut
mudah dihasut untuk meninggalkan tugasnya menjadi ibu rumah tangga dari
keluarga sang bapak. Tambah lagi bapak yang dijebak masuk penjara atas tuduhan
korupsi uang milik kantor oleh rekan kerjanya sendiri.
Klimaks : Ibu tiri mulai menunjukkan taringnya. Kian hari
kian ia terhasut oleh orang lain, ia muali bertindak semenamena terhadap anak
asuhnya, disuruhnya kedua kakak beradik tadi untuk mengerjakan pekerjaan rumah,oleh
mereka sendiri. Hingga kedua kakak beradik tersebut kabur dari rumah untuk
mencari bapaknya yang berada Di penjara.
Anti klimaks : keduanya akhirnya, setelah mengalami banyak
kejadian naas yang bahkan hampir merengut nyawa, sekali lagi akhirnya mereka
berdua dipertemukan oleh bapaknya yang telah bebas dari penjara dan
ditangkapnya rekan kerjanya. Mereka akhirnya dapat berpelukan lagi dengan
bapaknya.
Rangkuman film
Sebuah keluarga menjadi pembuka cerita, terlihat gembira dan
kesenangan terpancar dari kedua anaknya Neti dan Susi. Namun melihat janin
dalam kandungan sang ibu ( )mulai
menjadi, sang bapak, Pak Yuono tampak gelisah menanggapinya. Ia teringat masa
lalunya ketika ia dan bu () melahirkan anak keduanya yaitu Susi sang ibu
terlihat susah dan bertambah susah keadaannya, hingga sanag dokter berpesan
untuk melakukan keluarga berencana dalam arti tidak boleh ada lagi anak ke tiga
yang lahir dari sang ibu, namun seng ayah dan ibu melanggarnya. Naasnya sang
ibu meninggal saat melahirkan anaknya yang ke tiga.
Deru air mata bercucuran deras dari mata kedua anaknya,
sesekali teriakakan memeking ditelinga. Dilanjutkan dan digantikan peran sang
ibu dalam kisah ini, wanita itu bernama Ningsih. Awalnya seperti kebanyakan ibu
tiri ya... .
Seperti biasa sang bapak bekerja kekantornya.ia diminta
menendatangani surat perusahaan oleh rekan kerjanya sendiri, Pak Harun yang
ternyata sebuah jebakan, ia ditipu. Nasib telah berkata jadilah Pak Yuono
sebagai pelaku dugaan korupsi. Ibu tirinya mendapatkan surat dari sang bapak
berisikan berita ditahanya dirinya atas tuduhan korupsi dan sebuah permohonan
untuk merawat sementara kedua anak kandungnya. Beberapa hari setelah surat itu
Ningsih rajin mengunjungi Pak Yuono di penjara, ia diberi saran untuk menjual
beberapa perabot rumah untuk makan sehari hari dan memberhentikan sang bibi
pembantu dari rumahnya untuk mengurangi penderitaan yang sudah dialami. Ningsih
harus mengendong beban keluarga barunya dipundak. Dan pernah sesekali neti
bertanya kemana perginya sang bapak, ia hanya dapat membalas bahwa sang bapak sedang
ada urusan di luar kota.
Harun datang kerumah mengatakan basa-basinya didepan Ningsih
seseorang yang masih menjadi idaman Pak Harun, ia merayunya semata mata cemburu
kepada Pak Yuono yang menikahi Ningsih pujaan hatinya. Setelah kejadian itu
keadaan dikeluarga semakin memburuk dengan di berhentikan sang bibi dari
pekerjaannya kini mereka bertiga harus hidup diatas kaki mereka sendiri. Hari
pertamanya terasa sudah begitu berat rasanya, yang harus dipikut oleh kedua
bocah yang masih belia umurnya, sebenarnya tak pantas melakukan pekerjaan rumah
yang terlalu berat begitu kenampakanya. Namun apalah daya yang dapat dilakukan
oleh keduanya tersebut. Mereka hanya bisa bersabar menanti bapaknya pulang
kepelukannya.
Hari mulai berganti kedua anaknya makin menjadi-jadi seperti
babu dirumahnya sendiri, dengan bentakan pertama yang didengarnya sempat
membuat mereka ketakutan. Tak jarang anya karenya kesalahan kecil sang anak
dimarahinya seperti seorang maling. Puncaknya untuk hari itu Ningsih dan Harun
meninggalkan rumah untuk sekedar bersenang-senang menonton film dibioskop,
dengan syarat kedua anak tirinya harus tidur di garasi hanya karena tuduhan
yang tidak dapat dipastikan kebenarannya.mereka hanya dua anak kecil yang
berdaya kecil pula mereka hanya dapat meng-iya-kan perintah Ningsih. Harus
bergelut dengan dinginnya angin yang menembus tulang, hujan deras yang tak
henti menetes, dan mereka hanya berkemul sebuah selimut dari kamarnya,
menggigil sudah pasti tak terelakkan. Bahkan setelah Ningsih dan Harun pulang
masih juga sang anak mendapat amarah Ningsih.
Paginya mereka harus sekolah lagi namun tanpa sarapan hanya
air putih yang tersedia di meja, mereka bahkan tidak mendapat uang saku untuk
jajan di Sekolah, mereka pergi menapakkan kaki keluar rumah menuju sekolah.
Nasib buruk menimpa mereka lagi, pulang sekolah sang kakak, Neti pusing kepala
dan memutuskan untuk berhenti sejenak di depan sebuah rumah tua yang tampaknya
tidak berpenghuni. Tak lama mereka lantutkan perjalana mereka pulang kerumah.
Sekali lagi Neti jatuh pusing dan terjatuh dari jalannya. Untunglah tak jauh
dari situ ada orang yang menolong mereka. Mereka sempat diberi makan tetapi
mereka menolaknya.
Sampai dirumah, benar sudah berapi-api wajah sang ibu
bentakan keras tak kuasa tertahan di mulut sang ibu, dikeluarkannya langsung
tersembur kepada sang anak, jeweran dan teriakan mewarnai adegan itu. Klimaks
terjadi ketika itu Harun Berkunjung ke rumah dan derada di dikamar Ningsih.
Selagi Neti dan Susi mengerjakan pekerjaan rumah, tak sengaja Neti mendengar
percakapan dari dalam bilik Ningsih. Ia mulai mendekatkan telinga kedepan kamar
untuk lebih jelasnya. Yah tak sengaja sang adik Susi menjatuhkan perabot masak,
Ningsih kaget dan mencoba menuju asal suara, namun didapatinya Neti sedang berada
didepan pintu. Mulailah marah sang ibu tiri, bahkan lebih keras dan lebih
anarki dari adegan sebelumnya, dilemparkan kepala sang anak ke tembok hingga
berdarah hidung Neti, tak tahan lah aku melihatnya. Kedua anaknya menagis
didepanya sambil melempar surat dari bapaknya, akhirnya mereka tahu mengapa
sang bapak tak kunjung pulang.
Malamnya Ningsih dan Harun pergi lagi. Neti dan Susi
merencanakan kabur dari rumah setelah hujan reda. Mereka membulatkan tekatnya,
begitu hujan reda mereka berdua lari dengan tujuan mencari bapaknya di kantor
polisi berharap bisa bertemu sang bapak. Dengan bekal sepasang selimut mereka
mengarungi gelapnya malam, memerangi dinginya hawa ditubuh mereka. Mereka
mencari tempat berlindung untuk menghabiskan malam itu. Tak hanya selesai di
paginya, mereka harus juga bertahan hidup, mereka berusaha mencari sesuap nasi
meski harus menukarkan sebuah selimut yang mereka bawa. Mereka berlanjut ke
kantor polosi, di tengah jalan mereka bertemu orang tua yang menawarkan sebuah
rumah dan kasih sayang, namun teringatlah Neti akan kegarangan ibu tiri, Neti
lari menjauh sambil mengenggam tangan adiknya yang semula hanya berdiam diri.
Sang kakak menjelaskan mengapa ia berteriak “tidak” kepada orang tua tadi,
bahwa mereka sudah tidak percaya pada orang
tua tiri, mereka harus berusaha dengan usaha sendiri. Diujung perjalanan mereka
menemukan penjara yang menahan bapaknya. Dengan tangis mereka berhasil bertemu
bapak mereka. Pertemuan mereka harus disudahi atas waktu berkunjung yang sudah
memanggil Pak Yuono untuk mendekam di penjara kembali. Kepala penjara sudah
menawarkan bejajikannya untuk meninggalkan penjara dan menetap di rumahnya.
Di akhir cerita banyak hal sedih diungkapkan, malamnya sang
adik sakit, ketika kakak membeli obat adiknya pergi entah kemana, bapaknya yang
dipenjara bisa menghirupnafas segar dan dipenjarakannya Harun, adegan seorang
anak yang tertabrak mobil yang dikira oleh Neti adalah adiknya Susi yang
mengalami kecelakaan, mereka akhirnya bertemu kembali, disusun bapaknya yang
menekani mereka akhirnya dan untuk akhirnya yang sudah diduga mereka berkumpul
kembali utuh lagi, triwulan yang akhirnya dipertemukan kembali dijalan raya.
Amanat :
·
Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang
seharusnya penuh dengan kasih sayang dan adanya komunikasi dan timbal balik
yang baik supaya terbentuklah keluarga yang harmonis.
·
Untuk rutinitas dalam pekerjaan, meskipun itu
sudah diyakinkan olh orang lain coba periksa dulu apa yang sebenarnya ada dalam
tugasnya, entah itu proposal,lembar pengesahan, dll
·
Dari kejadian diatas dapat diketahui bahwa anak
yang semakin lama ditekan dan selalu di beri hukuman fisik menjadikan keadaan
psikologisnya menjadi tergangu, dapat menjadikan anak tersebut berani terhadap
orang tua, bahkan hingga kabur dari rumah. Jadi rawatlah anakmu seperti orang
tua mu menyayagi mu sewaktu kecil.
PENDAPAT
·
Ceritanya benar benar menyentuh hati banyak
penontonya, kejadiannya dibuat semirip mungkin dengan kenyataannya benar benar
membuat kagum penonton di masa jayanya film ini, namun bukan hanya pada tahun
80-90an bahkan sekarang saya contohnya he
·
Gambarnya kurang menarik,Ya memang pada waktu
itu teknologi yang ada baru itu
·
Banyak hal-hal yang tidak dijelaskan dengan
jelas seperti bagaimana Harun tertangkap, penyidikannya, dan apa yang terjadi
dengan Ibu tiri mereka Nigsih, Apa dia melarikan diri, tertangkap polisi atau
mungkin bunuh diri karena stress?.
·
Banyak mengumbar aurat,apa saat jaman itu belum
ada perintah menggunakan hijab? Dan kurang bertatakrama wanita di film
tersebut, ketika menghukum anak tirinya, dan bahkan mereka merokok.